Abstrak
Candida albicans merupakan mikroorganisme oportunistik yang sering ditemukan pada permukaan gigi tiruan akrilik dan dapat menyebabkan stomatitis denture, terutama pada pengguna gigi tiruan penuh. Permukaan akrilik yang berpori dan retentif memudahkan kolonisasi mikroba. Penggunaan bahan alami sebagai agen antijamur telah berkembang pesat, termasuk ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia) dan sereh (Cymbopogon citratus), yang diketahui mengandung senyawa aktif seperti flavonoid, tanin, dan minyak atsiri. Penelitian ini bertujuan membandingkan daya hambat kedua ekstrak tersebut terhadap pertumbuhan Candida albicans pada akrilik gigi tiruan. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak sereh memiliki daya hambat lebih kuat dibandingkan mengkudu, meskipun keduanya menunjukkan potensi antifungi yang signifikan.
Pendahuluan
Infeksi jamur pada rongga mulut, khususnya yang disebabkan oleh Candida albicans, merupakan masalah yang sering terjadi pada pemakai gigi tiruan, terutama apabila perawatan gigi tiruan tidak dilakukan secara optimal. Faktor-faktor seperti usia, xerostomia, diabetes, dan kebersihan mulut yang buruk dapat memperparah kolonisasi jamur pada permukaan akrilik. Candida albicans mampu membentuk biofilm yang melekat kuat pada permukaan gigi tiruan, menyebabkan inflamasi pada jaringan mukosa yang bersentuhan langsung dengan bahan tersebut.
Seiring meningkatnya resistensi terhadap agen antifungi sintetis, penggunaan bahan alam sebagai alternatif pengobatan menjadi perhatian utama. Buah mengkudu mengandung senyawa aktif seperti scopoletin, flavonoid, dan antrakuinon yang bersifat antibakteri dan antijamur. Sementara itu, sereh dikenal mengandung minyak atsiri seperti sitral dan geraniol yang efektif menghambat pertumbuhan jamur dan bakteri.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratoris dengan desain post-test only control group design. Sampel terdiri dari 30 keping akrilik heat cured ukuran 10 x 10 x 2 mm yang telah disterilkan dan direndam dalam suspensi Candida albicans selama 24 jam. Setelah itu, sampel dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan: kelompok ekstrak mengkudu 100%, kelompok ekstrak sereh 100%, dan kelompok kontrol (tanpa perlakuan). Setiap sampel kemudian diletakkan pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) yang telah diinokulasi dengan C. albicans.
Daya hambat diukur dengan metode difusi sumuran dan dinilai dari diameter zona hambat yang terbentuk di sekitar sumuran setelah inkubasi selama 48 jam pada suhu 37°C. Data hasil pengukuran dianalisis menggunakan uji statistik ANOVA satu arah dengan tingkat signifikansi p < 0,05, dilanjutkan dengan uji post hoc Tukey untuk mengetahui perbedaan antar kelompok.
Hasil dan Pembahasan
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dengan ekstrak sereh menghasilkan rata-rata diameter zona hambat sebesar 19,6 mm, sedangkan kelompok ekstrak mengkudu sebesar 13,2 mm. Kelompok kontrol tidak menunjukkan adanya zona hambat. Analisis statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok (p < 0,05).
Ekstrak sereh menunjukkan daya hambat yang lebih besar karena kandungan senyawa sitral dan citronellal yang bersifat fungisida. Senyawa ini bekerja dengan merusak membran sel jamur, menyebabkan kebocoran isi sel dan kematian sel jamur. Di sisi lain, flavonoid dan antrakuinon dalam ekstrak mengkudu bersifat fungistatik, yakni menghambat pertumbuhan tetapi tidak membunuh jamur secara langsung, sehingga efektivitasnya sedikit lebih rendah dibandingkan sereh.
Permukaan akrilik yang memiliki porositas tinggi memungkinkan kolonisasi mikroorganisme, sehingga penting untuk menggunakan bahan dengan efek antimikroba yang mampu menembus biofilm. Kedua ekstrak menunjukkan aktivitas antijamur yang relevan, namun kemampuan penetrasi minyak atsiri dalam sereh kemungkinan memberi keunggulan tersendiri.
Kesimpulan
Ekstrak buah mengkudu dan ekstrak sereh keduanya menunjukkan aktivitas antijamur terhadap Candida albicans yang berkoloni pada permukaan akrilik gigi tiruan. Namun, ekstrak sereh memiliki daya hambat yang lebih tinggi secara signifikan. Dengan demikian, sereh memiliki potensi yang lebih besar untuk dikembangkan sebagai agen pembersih alami atau bahan tambahan dalam perawatan gigi tiruan guna mencegah infeksi jamur.
Saran
Perlu dilakukan pengujian lanjutan terhadap konsentrasi optimal kedua ekstrak serta pengujian formulasi dalam bentuk gel atau cairan rendaman pembersih gigi tiruan. Uji toksisitas terhadap jaringan mukosa mulut juga penting sebelum diterapkan dalam aplikasi klinis.